Pages

Selasa, 03 Mei 2011


LEUKIMIA

A.  Definisi
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001: 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002: 248)
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002: 495)
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka dapat disimpulkan bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
Leukemia adalah kanker yang dimulai dalam jaringan yang membentuk darah. Untuk memahami kanker, hal ini membantu untuk mengetahui bagaimana membentuk sel-sel darah yang normal.

Sel Darah Normal
Kebanyakan sel-sel darah berkembang dari sel-sel di sumsum tulang yang disebut sel-sel induk. Sumsum tulang adalah bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang.
Sel induk dewasa menjadi berbagai jenis sel darah. Setiap jenis pekerjaan khusus:
·         White Blood Cells
Sel darah putih membantu melawan infeksi. Ada beberapa jenis sel darah putih.
·         Sel Darah Merah
Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh.
·         Trombosit
Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk yang mengendalikan perdarahan.
Sel darah putih, sel darah merah, dan platelet yang dibuat dari sel-sel batang yang dibutuhkan tubuh mereka. Ketika sel-sel tumbuh sel tua atau rusak, mereka mati, dan baru mengambil tempat mereka.
sel punca bisa tumbuh menjadi berbagai jenis sel darah putih yitu sel induk matang menjadi baik sel batang myeloid atau sel induk limfoid:
·         Sebuah sel induk myeloid matang menjadi ledakan myeloid. Ledakan itu dapat membentuk sel darah merah, trombosit, atau salah satu dari beberapa jenis sel darah putih.
·         Sebuah sel induk limfoid matang menjadi ledakan limfoid. Ledakan itu dapat membentuk satu dari beberapa jenis sel darah putih, seperti sel B atau sel T.
Sel darah putih yang terbentuk dari ledakan myeloid berbeda dari sel darah putih yang terbentuk dari ledakan limfoid.

B.  Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu:
a.    Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell Leukemia – Lhymphoma Virus/HLTV).

b.    Radiasi
Orang yang terpapar sangat tinggi tingkat radiasi jauh lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan leukemia myeloid akut, leukemia myeloid kronis, atau leukemia limfositik akut. Seperti  dalam lingkungan kerja, pranatal, dan pengobatan kanker sebelumnya.
·         ledakan bom atom: Sangat radiasi tingkat tinggi telah disebabkan oleh ledakan bom atom (seperti yang di Jepang selama Perang Dunia II). Orang, terutama anak-anak, yang bertahan hidup ledakan bom atom akan meningkatkan risiko leukemia.
·         Terapi radiasi: Sumber lain terkena radiasi tingkat tinggi adalah pengobatan untuk kanker dan kondisi lainnya. Terapi radiasi dapat meningkatkan risiko leukemia.
·          Diagnostik rontgen: x Gigi-ray dan lainnya diagnostik x-ray (seperti scan CT) mengekspos orang ke tingkat yang lebih rendah radiasi. Ini belum diketahui apakah tingkat rendah radiasi untuk anak-anak atau orang dewasa terkait dengan leukemia. Para peneliti sedang mempelajari apakah memiliki banyak sinar-x dapat meningkatkan risiko leukemia. Mereka juga belajar apakah CT scan selama masa kanak-kanak dikaitkan dengan peningkatan risiko leukemia.
c.    Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
d.   Bahan Kimia, seperti: benzena
Paparan terhadap benzena di tempat kerja dapat menyebabkan leukemia myeloid akut. Hal ini juga dapat menyebabkan leukemia myeloid kronis atau leukemia limfositik akut. Benzene digunakan secara luas dalam industri kimia. Ini juga ditemukan dalam asap rokok dan bensin.
e.    Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
f.     Kelainan kromosom, (Suriadi & Rita Yuliani, 2001: hal. 177)
·         Sindrom Down dan beberapa penyakit warisan lain: sindrom Down dan beberapa penyakit lain mewarisi meningkatkan risiko pengembangan leukemia akut.
·         Sindrom myelodysplastic dan kelainan darah tertentu lainnya: Orang dengan kelainan darah tertentu akan meningkatkan risiko leukemia myeloid akut.
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma myelodysplastic), juga lebih peka terhadap leukemia.

C.  Jenis-jenis Leukimia
1.      Leukimia Mielogenus Akut (ALM)
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2.       Leukimia Mielogenus Kronis (CML)
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3.      Leukimia Limfositik Akut (ALL)
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal..
4.      Leukemia Limfositik Kronis (CLL)
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

D.  Gambaran Klinis
a.       Aktivitas
·      Kelelahan
·      Kelemahan
·      Malaise
·      kelelahan otot
b.      Sirkulasi
·      Palpitasi
·      Takikardi
·      mur-mur jantung
·      membran mukosa pucat.
c.       Eliminsi
·      Diare
·      nyeri tekan perianal
·      darah merah terang
·      feses hitam
·      penurunan haluaran urin.
d.      Integritas ego
·      perasaan tidak berdaya
·      menarik diri
·      takut
·      mudah terangsang
·      ansietas.
e.       Makanan/cairan
·      Anoreksia
·      Muntah
·      perubahan rasa
·      faringitis
·      penurunan berat badan
·      disfagia
f.       Neurosensori
·      penurunan koordinasi
·      disorientasi
·      pusing kesemutan
·      parestesia
·      aktivitas kejang
·      otot mudah terangsang
g.      Nyeri
·      nyeri abomen
·      sakit kepala
·      nyeri sendi
·      perilaku hati-hati gelisah
h.      Pernafasan
·      nafas pendek
·      batuk
·      dispneu
·      takipneu
·      ronkhi
·      gemericik
·      penurunan bunyi nafas
i.        Keamanan
·      gangguan penglihatan
·      perdarahan spontan tidak terkontrol
·      demam
·      infeksi
·      kemerahan
·      purpura
·      pembesaran nodus limfe
j.        Seksualitas
·      perubahan libido
·      perubahan menstruasi
·      impotensi
·      menoragia

E.  Insiden
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata yang juga lebih rendah. ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari ALL dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat pada anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan. (Betz, Cecily L. 2002. hal : 300).

F.   Pathofisiologi
a.       Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b.      Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c.       Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
d.      Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175)

G. Pemeriksaan Penunjang
a.       Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
b.      Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
c.       Retikulosit : jumlah biasaya rendah
d.      Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
e.       SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
f.       PTT : memanjang
g.      LDH : mungkin meningkat
h.      Asam urat serum : mungkin meningkat
i.        Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
j.        Copper serum : meningkat
k.      Zink serum : menurun
l.        Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan

H.  Therapy
1.      Pelaksanaan kemoterapi
2.      Irradiasi kranial
3.      Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a.       Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b.      Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c.       Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.












Daftar Pustaka

Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.           8. Jakarta : EGC.

Tucker, Susan Martin et al. 1998.  Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And Documenting Patient Care. Alih Bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia Anderson. 1994.  Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika.





0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More