Pages

Senin, 10 September 2012

Gula Reduksi

Gula Reduksi Gula reduksi adalah gula yang dalam bentuk larutan alkali membentukaldehida atau keton. Gula reduksi dapat mereduksi ion logam karenamempunyai gugus aldehida atau keton yang dapat menarik kembali O2 dari logambasa, sehingga logam basa akan tereduksi dan mengendap sebagai Cu2O. Gulainvert termasuk golongan gula reduksi karena dapat mereduksi ion tembaga dalamlarutan alkali.Salah satu yang termasuk gula reduksi adalah gula invert. Gula invertdihasilkan dari hidrolisis sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa. Sukrosabereaksi bersama asam dalam campuran air dengan bantuan enzim invertase. 


Penentuan Kadar Gula Penentuan Gula Reduksi Cara Munson-Walker (Munson-Walker General Methode: AOAC, 1970) 
Penentuan gula reduksi menurut cara Munson-Walker dipakai untuk penentuan glukosa, fruktosa, gula invert, laktosa monohidrat dalam bahan yang tidak mengandung sakarosa, juga dipakai untuk penentuan gula invert dan laktosa monohidrat dalam bahan yang mengandung sakarosa. Penentuan gula reduksi didasarkan atas banyaknya endapan Cu2O yang terbentuk dan dibandingkan dengan Tabel Hammond maka dapat diketahui jumlah gula reduksi. Jumlah Cu2O ditentukan secara gravimetric, yaitu menimbang langsung endapan Cu2O yang terbentuk atau secara volumetric, yaitu dengan titrasi menggunakan larutan Na-thiosulfat (Na2S2O3) atau K-permanganat (KMnO4).
 1. Penyiapan larutan sample dan pembentukan endapan Cu2O 
a. Timbang sample yang berupa bahan padat yang telah dihaluskan atau bahan cair sebanyak 2,5-25 g. banyaknya sample yang ditimbang tergantung dari kadar gula pada sample dan volume larutan sample maupun pengenceran yang akan dikerjakan pada tahap berikutnya 
b. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar yang volumenya ditentukan sedemikian sehingga setiap 50 mL larutan sample yang siap dianalisa membentuk 11,3-489,7 mg Cu2O yang setara dengan 4,6-236,9 mg glukosa (Tabel Hammond). 
c. Tambahkan aquades sebanyak ½ – ¾ volume labu takar yang dipakai, gojog dan biarkan mengendap. 
d. Tambahkan larutan Pb-asetat netral (Lampiran 1) tetes demi tetes. Pada penambahan larutan Pb-asetat ini larutan sample menjadi keruh (terbentuk gumpalan-gumpalan atau partikel-partikel berwarna putih). Setiap kali menambahkan Pb-asetat, larutan kemudian digojog dan biarkan dulu partikel-partikel yang ada mengendap. Kemudian teteskan lagi larutan Pb-asetat, apabila ternyata tidak menimbulkan pengeruhan lagi berarti penambahan Pb-asetat telah cukup. Hindarkan penambahan Pb-asetat yang terlalu berlebihan. Kemudian tambahkan aquades sampai tanda dan disaring. 
e. Untuk menghilangkan kelebihan Pb yang digunakan, tambahkan sedikit demi sedikit kristal K- atau Na-oksalat sama seperti menambahkan Pb –asetat tersebut di atas sampai diperoleh filtrate bebas Pb. Filtrate bebas Pb apabila ditambah K- atau Na-oksalat tidak membentuk endapan putih (tetap jernih). 
f. Ke dalam gelas piala 400 mL, tuangkan 25 mL larutan CuSO4 (lampiran 2) dan 25 mL larutan tartrat alkalis (Lampiran 3), kemudian tambahkan 50 mL filtrate bebas Pb. Tutuplah gelas piala dengan gelas arloji. g. Taruhlah gelas piala pada kasa asbes dan panaskan di atas nyala api Bunsen atau alat pemanas listrik. Aturlah pemanasan sedemikian sehingga larutan harus sudah mendidih dalam waktu 4 menit, kemudian lanjutkan pemanasan tersebut selama 2 menit. Harap diperhatikan bahwa ketentuan lama pemanasan tersebut harus betul-betul ditepati. Oleh karena itu dianjurkan untuk mencoba terlebih dulu, yaitu dengan memanaskan 50 ml reagensia yang digunakan dan 50 mL aquades sehingga dapat diketahui cara mengatur alat pemanas yang bias memenuhi ketentuan di atas. 
h. Dengan pemanasan tersebut akan terbentuk endapan Cu2O, kemudian masih dalam keadaan panas saringlah dengan menggunakan krus Gooch yang telah diberi lapisan asbes sebaagai bahan penyaring (Lampiran 4).
i. Buat penentuan blanko dengan cara yang sama menggunakan 25 mL larutan CuSO4, 25 mL larutan tartrat alkalis dan 50 mL aquades. 
j. Cucilah endapan Cu2O dalam krus Gooch tersebut dengan aquades yang suhunya 60 °C sampai bersih. 

2. Tentukan banyaknya Cu2O yang terbentuk dengan salah satu cara di bawah ini. 
a. Penentuan Cu2O secara gravimetric - Endapan Cu2O dalam kedua krus Gooch (sample maupun blanko) masing-masing dicuci dengan 10 mL alcohol, kemudian dengan 10 mL ether. - Keringkan dalam oven bersuhu 100 °C selama 30 menit, dinginkan dalam desikator dan ditimbang - Dari selisih antara berat Cu2O yang terdapat pada penentuan contoh dan blanko, berat gula reduksi dalam 50 mL larutan sample dapat dicari dengan menggunakan table Hommand. 
b. Penentuan Cu2O secara volumetric dengan Natrium-thiosulfat - Endapan Cu2O dalam kedua krus Gooch, masing-masing diperlakukan sebagai berikut. - Siapkan Erlenmeyer 250 mL yang mempunyai tanda untuk volume dengan interval 20 mL (bila tidak ada dapat dibuat sendiri). - Endapan dalam krus Gooch ditutup dengan gelas arloji. Kemudian tambahkan 5 mL larutan HNO3 (1+1) untuk melarutkan Cu2O. Penambahan dilakukan dengan pipet, gelas arloji (tutup) dibuka seperlunya saja ketika memasukkan ujung pipet tersebut. - Tampung filtrate dengan Erlenmeyer tersebut diatas. Cucilah gelas arloji dan krus Gooch dengan 20-25 mL aquades. - Didihkan sampai kabut berwarna merah habis, dan tambahkan larutan Brom jenuh (Br-H2O) sedikit berlebihan, didihkan sampai semua Brom habis. - Dinginkan dan tambahkan larutan Na-asetat sebanyak 10 mL (574 g Na-asetat trihidrat/liter). Tambahkan larutan KI 42 % yang bereaksi agak basis seperlunya. Penting diperhatikan bahwa konsentrasi KI dalam larutan yang dianalisa harus dijaga tetap. Oleh karena itu penambahannya harus diperhitungkan. Apabila volume total larutan setelah dititrasi selesai diperkirakan mencapai 100 mL, maka ke dalam larutan tersebut harus sudah ditambahkan 4.2-5 g KI. Apabila ternyata setelah mencapi volume 100 mL titrasi belum juga selesai, tambahkan lagi larutan KI yang banyaknya proposional dengan bertambahnya volume. Untuk setiap penambahan 20 mL, ditambahkan 2-2,4 mL larutan KI 42 %. Penambahan dilakukan dengan biuret. - Titrasi dengan larutan Na-thiosianat (39 g Na2S2O3.5 H2O/liter) sampai warna kuning muda. Tambahkan larutan pati (Lampiran 5) sampai terbentuk warna biru, lanjutkan titrasi. Pada saat titrasi hamper selesai, tambahkan 2 g KCNS, aduk hingga larut dan lanjutkan titrasi sampai seluruh endapan berwarna putih. - Dari selisih antara titrasi sample dan blanko, berat Cu2O dapat dihitung. 1 mL larutan Na2S2O3 = 11,259 mg Cu2O Berdasarkan berat Cu atau Cu2O, berat gula reduksi dalam 50 mL larutan sample dapat dicari dengan menggunakan Tabel Hammond. 


 Sumber: 
1. http://indradwijayanatphp.blogspot.com/2012/05/kadar-gula-munson-walker.html diunduh pada 14 September 2012, pukul 13.00 WIB 
2. http://www.scribd.com/doc/78376396/15/Gula-Reduksi diunduh pada 14 September 2012, pukul 13.00 WIB

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More